Kamis, 26 Januari 2012

IchiRuki Fanfiction "Run Away"




Author: Winna Yoshioka

Disclaimer: Chara di Bleach punya Om Tite Kubo, saya cuma minjem namanya doang.

Warning!!: DI LARANG COPAS, MERUBAH, MENGURANGI ATAUPUN MENAMBAH CERITA TANPA SEIZIN AUTHOR!! DAN YANG GAK KALAH PENTING, AUTHOR TIDAK MENERIMA FLAME! CAMKAN ITU!

Cast: Rukia Kuchiki, Ichigo Kurosaki, Grimmjow, Nell, Renji, Hisagi, Ikkaku, Shiba Kaien.

Summary: Rukia terus berlari dari kejaran para penagih hutang. siapakah yang akan menolongnya dalam kesulitan itu?

so, lets begin the story

>>

Di sebuah gang yang penerangannya sangat kurang, telihat seorang gadis yang sedang berjongkok sambil menyantap makanannya dengan sangat lahap, seperti belum makan beberapa hari. Keadaan gadis itu agak memperihatinkan, tubuh mungilnya terlihat kurus dan baju yang ia pakai pun terlihat agak lusuh. Tubuh gadis itu sedikit bergetar akibat angin musim gugur yang dingin, coat yang ia pakai tidak mengurangi rasa dingin tersebut karena banyak bagiannya yang telah robek. Gadis itu mengumpulkan beberapa helai koran lalu menyusunnya menjadi alas dan kemudian gadis itu merebahkan dirinya di atas koran tersebut, kemudian memejamkan matanya. Dia benar-benar amat lelah dan membutuhkan istirahat untuk menghadapi hari esok yang pasti tidak lebih baik dari hari ini.
.
.

Seorang pemuda yang sedang berbaring di ranjangnya, tak henti-hentinya memutar tubuhnya untuk mengubah posisi tidurnya –mencari posisi yang nyaman. Sudah sejak tadi ia memejamkan matanya untuk mencoba tidur, tapi hatinya terlalu gelisah. Pikirannya terus saja tertuju pada satu hal, Rukia. Dia tak henti-hentinya memikirkan gadis itu sejak beberapa hari yang lalu, saat gadis itu tiba-tiba menghilang.

“Rukia, dimana kau sekarang? Apa kau tau? Aku selalu mengkhawatirkanmu.” gumam pemuda itu lirih.

Setelah beberapa saat terdiam, pemuda itu segera bangkit dari ranjangnya dan menyambar jaket yang tergeletak di meja belajarnya. Dia membuka pintu kamarnya dan turun kebawah, memakai sepatunya. Saat ia ingin membuka pintu dan keluar rumah, langkahnya terhenti oleh sebuah suara.

“Ichigo, kau mau kemana?” tanya sebuah suara berat khas laki-laki.

“Aku mau mencari Rukia.” jawab pemuda itu dengan tegas.

“Tapi ini sudah larut malam, lebih baik kau mencarinya besok.” saran laki-laki itu.

“Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi, aku tak bisa membiarkan dia berkeliaran sendirian di jalanan, ayah!” teriak Ichigo dan dia langsung menerobos keluar rumah tanpa mempedulikan ayahnya.

Ichigo terus melangkahkan kakinya menyusuri kota Karakura, dia benar-benar mengkhawatirkan Rukia. Dia tak bisa hanya diam menunggu semetara gadis malang itu sedang dikejar-kejar oleh bahaya di luar sana.

.
.

“Grim, kau kenapa sih? Dari tadi kok hanya diam saja?” sebuah suara manja telah berhasil membuyarkan lamunan seorang pemuda berambut biru.

“Eh. Ah tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing.” jawab pemuda itu.

“Kalau begitu kau diam saja disini, aku mau menari dulu. Ok?” ucap gadis itu sambil tersenyum

“Baiklah Nel, terserah kau saja.” balas pemuda itu.

Setelah mendengar jawaban dari kekasihnya, Nel segera bergabung bersama teman-temannya yang lain, mereka mulai menari mengiringi alunan musik yang sedang dimainkan oleh DJ. Sementara pemuda itu –Grimmjow, matanya terus menerawang. Walaupun sedari tadi berusaha memikirkan hal lain, tapi pikirannya terus saja terpusat pada Rukia. Ingatannya kembali pada beberapa hari yang lalu.

Fashback on

Rukia, dia seorang bartender di sebuah club. Grimmjow lah yang menawarinya pekerjaan itu, karena sahabatnya –Ichigo, meminta tolong padanya agar mencarikan pekerjaan untuk Rukia.

Saat pertama kali Grimmjow bertemu dengan Rukia, dia langsung jatuh cinta padanya. Walaupun dia tahu bahwa Ichigo juga mencintai wanita itu dan dia sendiri sudah mempunyai kekasih, tapi ia tak perduli dengan semua itu.

Malam itu beberapa orang terlihat menghampiri Rukia yang sedang bekerja. Mereka menarik paksa Rukia menuju pintu belakang dan Grimmjow diam-diam mengikutinya. Dia mendengarkan semua pembicaraan mereka.

“Hey onna, lunasi hutangmu sekarang juga.” seru lelaki botak.

“Sudah berapa kali aku bilang, sekarang aku tidak punya uang.” ucap Rukia.

“Kau sudah telat membayar.” lelaki bertato 69 di wajahnya menambahkan.

“Tapi sekarang aku sedang tidak punya uang. Kalau aku punya uang akan aku lunasi sekalian.” ucap Rukia tegas.

“Kami tidak butuh kata-kata mu, yang kami butuh hanya uangmu, onna!” ucap serang lelaki berambutt merah dan bertato di hampir seluruh tubuhnya.

“Sudah kubilang aku tidak mempunyai uang!” teriak Rukia.

“Kalau kau bersikeras bilang seperti itu, kami akan mengambil uangmu sendiri.” laki-laki berambut merah itu mendekati Rukia dan menyeringai. Dia mendorong tubuh Rukia ke tembok, kemudian mencengkram kedua pergelangan tangannya.

“Hey kalian berdua, cepat cari uangnya!” perintah lelaki itu pada kedua temannya.

Saat lelaki botak dan bertato 69 itu hendak menghampiri Rukia, tiba-tiba…

Bug! Duagh!

Lelaki rambut merah itu langsung menoleh ke sumber suara tersebut, dan mendapati kedua rekannyya sudah pingsan di tempat.

“Siapa kau?” tanya lelaki berambut merah itu geram.

“Temannya.” jawab seorang lelaki berambut jingga datar.

“Ichigo?” pekik Rukia.

Ichigo langsung menghampiri lelaki berambut merah tersebut dan mencengkram keah bajunya, lalu meninjunya hingga ujung bibir lelaki berambut merah itu mengeluarkan sedikit darah.

“Awas kalian berdua, lihat saja pembalasan kami nanti!” ancam lelaki itu.

Saat Ichigo hendak menghajar lelaki itu lagi, Rukia menghentikannya.

“Ichigo, sudahlah. Lebih baik kita segera pergi dari sini.” Rukia menarik Ichigo masuk ke dalam club.

Grimmjow yang sedari tadi hanya mengintip, dengan cepat kembali kedalam bar. Tadinya ia juga ingin menolong Rukia, tapi ia selalu didahului oleh Ichigo.

Grimmjow duduk di tempatnya tadi, disana sudah ada Nel. Dia marah-marah ketika Grimmjow datang karena tadi pergi tidak membritahunya. Grimmjow hanya dapatt meminta maaf saja pada Nel, matanya melirik Ichigo dan Rukia yang kini sudah berada di dalam club.

“Ichigo, kau baik-baik saja?” tanya Rukia.

“Ya, aku tak luka sedikitpun.” jawab Ichigo lembut.

“Syukurlah. Ichigo, lebih baik kau pulang sekarang.” ucap Rukia.

“Tidak, aku akan menunggumu disini.” Ichigo menolak.

“Ini sudah larut, besok kau harus berkerja. Lebih baik kau beristirahat.” Rukia meyakinkan Ichigo.

“Baiklah.” Ichigo akhirnya tak dapat menolak permintaan temannya yang sangat ia cintai tersebut. Tak lama Ichigo pun pamit pada Rukia.

Grimmjow yang terus memperhatikan mereka terlihat kesal dan cemburu. Dia juga mencintai Rukia, tapi ia tak pernah bisa melakukan apapun untuk membantu Rukia.

Nel yang sedar tadi memperhatikan Grimmjow yang sedang melihat kearah Rukia pun juga ikut kesal. Dia tidak terima kalau kekasihnya melirik wanita lain.

.
.

Club sudah hampir tutup, dan Rukia sedang membereskan barang-barangnya ketika Nel menghampirinya. Rukia menatap Nel dengan heran.

“Hei kau! Jangan pernah sekalipun menggoda kekasih orang!” teriak Nel. Untung di dalam club sudah tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat mereka.

“Apa maksudmu? Aku tak mengerti.” tanya Rukia dengan datar.

“Jangan berpura-pura lugu, kau menggoda Grimmjow kan? Dasar jalang! PLAK!” Nel menampar Rukia dengan cukup keras.

“PLAK!” Rukia pun membalas tamparan Nel. “Kau yang jalang.” ucap Rukia dingin, sambil tersenyum mengejek.

Rukia pun segera berjalan keluar dari club dan Nel berhasil mengejarnya ketika di depan pintu masuk club. Nel menjambak rambut Rukia tetapi Rukia berhasil melepaskan diri dan langsung mendorong Nel ke dinding dengan keras hingga membuat Nel meringis kesakitan. Rukia pun berlari meninggalkan Nel yang sedang kesakitan.

Grimmjow yang melihat kejadian itu langsung mengejar Rukia dengan mobilnya. Rukia menujuu sebuah danau yang tak jauh dari lokasi club. Grimmjow turun dari mobilnya dan segera menghamipri Rukia.

“Rukia!” panggil Grimmjow.

Rukia pun berhenti dan menoleh, alisnya terangkat sebelah –heran kenapa Grimmjow bisa berada disini.

“Aku ingin bicara padamu.” seru Grimmjow mendekat pada Rukia.

“Silakan.” ucap Rukia.

“Rukia, aku…aku-“ Grimmjow menarik nafas panjang lalu menghembuskannya, “aku bisa melunasi hutangmu.” sambung Grimmjow.

Rukia terlihat kaget dan ia marah, “Terima kasih, tapi aku tak memerlukan bantuanmu.” ucap Rukia dingin lalu ia berbalik dan hendak pergi, tapi sebuah tangan melingkar dipinggangnya.

“Aku mencintaimu.” bisik Grimmjow di telinga Rukia.

Rukia terdiam sesaat, lalu melepaskan tangan Grimmjow yang berada di pinggangnya. Rukia tak menolehh sedikitpun dan pergi meninggalkan Grimmjow sendirian di tepi danau.

Flashback off

“Grim, kau melamun lagi ya?” tanya Nel sambil melambaikan tangannya di depan wajah Grimmjow.

Grimmjow pun tersadar, “Eh, tidak kok.”

“Kala begitu ayo cepat antar aku pulang.” rengek Nel.

“Baiklah.” dengan malas Grimmjow pun bangkit.

“Yeay!” teriak Nel senang.

Mereka berdua pun berjalan menuju tempat mobil Grimmjow terparkir.

.
.

Ichigo sudah lelah berlari, dia bersandar di sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Nafasnya tersenggal-senggal, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Kakinya sudah tidak kuat untuk diajak berlari lagi karena sudah berjam-jam dia berlari mencari Rukia, tapi yang dicari tak kunjung ditemukan.

“Kaien sialan! Kenapa kau buat hidup Rukia jadi seperti ini!?” jerit Ichigo memecah keheningan malam itu.

Flashback on

Ichigo langsung menuju apartemen Rukia setelah gadis itu meneleponnya dengan panik.  Ichigo membuka pintu apartemen Rukia yang tak terkunci, Ichigo melihat seluruh benda di ruangan itu diberi stiker bertanda ‘disita’. Ichigo langsung mencari Rukia dan Ichigo menemukan Rukia sedang bersandar di sisi tempat tidurnya dan menangis.

“Rukia, ada apa? Apa yang terjadi?” tanya Ichigo hati-hati.

Rukia tak menjawab, tangisannya semakin terdengar semakin sendu di telinga Ichigo. Ichigo pun mendekap tubuh mungil Rukia hingga gadis itu kini menangis di dada bidang Ichigo. Ichigo menunggu hingga Rukia berhenti menangis dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

“Rukia?” Ichigo heran saat Rukia tiba-tiba memberikannya sebuah kertas. Ichigo membacanya.

Untuk adikku tersayang, Rukia.

Maaf aku pergi tanpa pamit, ada urusan mendadak yang harus segera aku selesaikan. Semua masalah disana aku serahkan padamu.

Onii-chan mu tersayang, Kaien.

Ichigo masih tak mengerti dengan kata-kata yang tertulis di kertas itu. Ia menyernyitkan dahinya dan bertanya apa maksud dari kata-kata Kaien.

“Rukia, aku masih tak mengerti. Sebenarnya ada apa?”

“Saat aku bangun, Kaien-nii sudah tidak ada, bajunya juga tak ada. Dia meninggalkan catatan ini, tadinya aku juga tak mengerti tetapi saat mereka datang aku baru tahu kalau Kaien-nii telah berhutang dalam jumlah yang besar pada mereka. Kaien-nii tidak pernah membayar hutangnya jadi mereka datang dan menyegel rumah ini beserta isinya, tapi itu semua belum cukup untuk melunasi hutang Kaien-nii.” jelas Rukia.

Setelah kejadian itu, Rukia pun tinggal di rumah Ichigo sampai suat hari Rukia tak kunjung pulang.

Flashback off

.
.

Hari baru sudah dimulai, matahari telah menampakan wajahnya di timur. Sudah sejak tadi Rukia telah bangun dari tidurnya, dia kini sedang berjalan  di trotoar. Di kejauhan terlihat tiga orang yang amat dikenal oleh Rukia. Rukia lalu menundukan kepalanya agar tak terlihat oleh mereka bertiga. Rukia berhasil melewati mereka, karena mereka tidak memperhatikannya, tetapi ketika Rukia sudah cukup jauh, salah satu dari mereka menyadarinya.

“Hei, itu gadis yang kita cari, cepat kejar dia!” teriak orang yang berambut merah.

Rukia pun segera berlari sekencang mungkin agar ia tak tertangkap. Tapi ketiga orang itu begitu gesit hingga salah satu dari mereka, pria yang botak berhasil menangkap Rukia. Rukia pun tak mau begitu saja di tangkap oleh para penagih hutang tersebut, jadi dia menggigit tangan pria botak tersebut sebagai upaya meloloskan diri. Pria botak tersebut kesakitan dan tanpa sengaja melepas pegangannya pada Rukia. Rukia pun segera berlari kembali, walaupun keringatnya sudah bercucuran tapi ia tetap berusaha lari secepat yang ia bisa.

Rukia berbelok di sebuah gang, tapi gang itu jalan buntu. Kini Rukia terdesak oleh ketiga penagih hutang tersebut. Rukia kini tak bisa lari kemana-mana lagi tapi dia tak ingin tertangkap oleh mereka. Ketiga penagih hutang itu semakin mendekat pada Rukia.

“Sial!”

“Menyerah sajalah nona, kau sudah tak bisa lari kemana-mana lagi.” seru pria bertato 69 sambil menyeringai penuh kemenangan.

“Ayolah, jangan takut pada kami.” sambung pria yang botak.

“Kami tidak akan kasar padamu, kami hanya akan membawamu kesuatu tempat yang akan bisa melunasi semua hutangmu.” kini giliran pria yang berambut nyentrik yang angkat bicara.

“Sampai matipun aku tak akan pernah mau ikut dengan orang brengsek seperti kalian!”

“Kalau begitu tak ada cara lain selain memaksamu ikut dengan kami.” seru pria rambut merah.

“Langkahi dulu mayatku!”

“Baiklah kalau itu kemauanmu.”

Ketiga pria itupun mendekat kearah Rukia, Rukia yang tak punya pertahanan diri pun segera mengambil sebuah botol yang tergeletak di dekatnya dan memecahkannya. Dia menggenggam ujung botol itu dan mengarahkan bagian tajamnya pada mereka bertiga.

.
.

Disisi lain…

Ichigo kini hampir putus asa untuk menemukan Rukia, ketika ia mendengar sebuah suara.

“Langkahi dulu mayatku!”

Ichigo meneliti suara tersebut dan itu adalah suara Rukia. Dengan segera ichigo menuju sumber suara tersebut, ia memasuki sebuah gang. Dalam gang tesebut Ichigo dapat melihat Rukia yang sedang memegang sebuah botol yang tak utuh lagi, ia mengarahkan bagian tajam dari botol tersebut pada ketiga orang di depannya.

“Rukia!” teriak Ichigo.

Semuanya menoleh kearah Ichigo, tanpa ragu Ichigo langsung maju dan menghajar pria yang berkepala botak hingga tersungkur di tanah. Kedua teman pria botak itupun tak tingga diam, si tato 69 menghampiri Ichigo dan hendak meninju perutnya tapi segera di tahan oleh Ichigo. Sang rambutt merah mengambil sebuah batang kayu dan memukulnya ke punggung Ichigo hingga jatuh.

Rukia yang sedari tadi hanya terpaku melihat perkelahian mereka berempat akhirnya segera bertindak. Ia memukul botol itu ke kepala pria rambut merah hingga muncul cairan berwarna merah yang menyatu dengan warna merah rambutnya.

Rukia segera membantu Ichigo berdiri dan segera meninggalkan ketiga penagih hutang yang tak sadarkan diri.

Rukia dan Ichigo tak sadar bahwa sedari tadi mereka tengah di perhatikan oleh Grimmjow yang berada didalam mobilnya.

“Seperti biasa, aku selalu datang terlambat.” gumam pria berambut biru itu lirih.

Grimmjow membuka pintu mobilnya dan melangkahkan kaki menuju tiga orang yang sedang tersungkur di tanah dengan tak berdaya. Pria yang bertato 69 kini mulai mendapatkan kembali kesadarannya dan ia heran melihat seorang lelaki tak dikenalnya tengah berdiri di hadapannya.

“Si-siapa k-kau? Dan m-mau a-pa?” tanya pria bertato 69 itu dengan tertatih.

“Tak usah perdulikan siapa aku. Aku akan membayar semua hutang gadis tadi, tapi kalian jangan pernah mengganggu gadis itu lagi atau kalian akan menerima akibatnya.” ancam Grimmjow, lalu mengeluarkan uang dalam jumlah yang sangat besar dan melemparnya kearah pria di depannya itu dan langsung berlalu dari hadapannya.

“Dengan begini, aku merasa berguna bagimu, Rukia.” gumam Grimmjow lirih.

-Owari-

Mind to review??

Senin, 23 Januari 2012

YUI Fanfiction 'You're MINE!'

Author: Winna Yoshioka



A/N: cerita ini terinspirasi dari novel yg judul'a 'Murder Game' 

Warning allert!! : cerita ini mengandung unsur kekerasan, jadi bagi yang gak kuat sama penyiksaan dan sejenisnya mending menjauh deh.. 

DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!! JUGA DI LARANG MENGUBAH, MENAMBAH ATAU MENGURANGI ISI CERITA!! dan yang gak kalah penting, TIDAK MENERIMA FLAME!!

so, let's begin the story..

>>>

Tuhan, tolong aku. Bantu aku keluar dari sini, jangan biarkan orang gila itu menangkapku.

Yui terus saja berlari dibawah sinar rembulan tanpa memedulikan rasa lelah yang dirasakannya. Sesekali dia terjatuh tapi dia segera bangkit dan berlari lagi –tak mau membuang waktu. Dia berlari di dalam hutan yang lebat tanpa alas kaki –membuat telapak kakinya terluka, tapi ia tak mempermasalahkan hal itu. Yang ada dipikirannya hanyalah berlari, lari dari kejaran sang pemburu.

Yui tersandung sebuah batang kayu dan ia terjatuh, lututnya terluka dan mengeluarkan darah. Yui meringis sakit lalu mencoba bangkit, tapi kakinya terasa perih dan benar-benar lemas hingga membuatnya terjatuh kembali.

Sekali lagi Yui mencoba bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya, dan ia berhasil. Dengan tertatih-tatih ia berjalan, mencoba mencari tempat bersembunyi. Sembunyi dari kejaran orang gila yang memburunya.

Yui benar-benar tak mengerti situasi yang dialaminya sekarang ini. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia selesai rekaman dan pulang. Saat membuka pintu rumah yang terkunci, tiba-tiba ada sesuatu yang menghantam kepalanya lalu pandangannya pun memudar dan menjadi hitam. Saat terjaga kepalanya terasa amat pening dan pandangannya pun masih kabur, ia tak dapat melihat sekelilingnya sampai ia mendengar sebuah suara yang familiar.

“Kau sudah sadar sayang?”

Ya, suara itu sangat familiar ditelinga Yui, dia mulai memokuskan pandangannya dan mencari dimana asal suara tersebut. Ketika pandangannya mulai jelas untuk menyadari dimana dirinya berada, tempat ini gelap Satu-satunya cahaya yang ada adalah sebuah bohlam yang ada ditengah ruangan dan itu tak cukup untuk menerangi ruangan yang cukup luas ini.
Yui dapat melihat seseorang di bawah cahaya bohlam tersebut. Dia seorang laki-laki, dan dia mengenal laki-laki itu. Sangat mengenalnya.

“Ma-matsuyama?” suaraku Yui tercekat, tak percaya dengan siapa yang dilihatnya.

“Tentu saja, memangnya kau kira aku ini Yuu Shirota?” ledek Matsuyama.

Ya, yang dilihat Yui adalah Matsuyama Ken’ichi. Dia adalah seorang actor dan mantan kekasih Yui. Yui tak percaya, disaat seperti ini laki-laki itu masih bisa membuat lelucon.

“Apa maksud semua ini?” tanya Yui tak mengerti.

“Hanya ingin bermain.” Ucapnya enteng diiringi dengan senyuman.

“Jangan bercanda, apa maksudmu!” Yui berteriak, dia benar-benar marah.

“Oh sayang, jangan berteriak. Suaramu bisa jadi jelek lho. Lebih baik kau diam disini, duduk yang tenang sampai permainan yang sebenarnya dimulai.” Ujar Matsuyama masih dengan senyumnya, tak memedulikan sikap Yui dan ia pun berjalan menaiki tangga, keluar dari ruangan itu meninggalkan Yui sendiri.

Yui tak tau berapa lama ia disekap diruangan gelap dan pengap ini. Matsuyama beberapa kali memberinya makan tapi Yui selalu meludahkannya. Karena sikap Yui yang seperti itu, kerap kali Matsuyama menampar atau bahkan memukul Yui dengan sebatang kayu. Dalam penyekapannya, Yui memeras otaknya untuk menyusun rencana kabur dari tempat itu. 

Dan pertama-tama rencananya dilakukan saat Matsuyama memberinya makan. Yui tak agi meludahinya seperti yang telah lalu, ia memakan makanan yang disuapkan oleh Matsuyama. Dan setelah selesai makan Yui bilang bahwa ia ingin buang air kecil, Matsuyama pun membawa Yui keatas –karena tempat penyekapan Yui di ruang bawah tanah, dan melepas ikatan di kaki dan tangannya.

Yui tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia segera mengambil sebatang kayu yang erada di dekatnya dan memukul kepala Matsuyama dengan sekuat tenaga –membuat lelaki berparas tampan tersebut tersungkur jatuh dan tak sadarkan diri.

Yui tersadar dari lamunanya saat ia mendengar derap suara kaki yang semakin mendekat.

Oh tidak! Kenapa ia cepat sekali bisa mengejarku?

Yui berlari dengan membabi buta, ia benar-benar takut jika tertangkap oleh Matsuyama. Tak bisa membayangkan apalagi yang akan dilakukan Matsuyama padanya.

DORR!

Sebuah suara tembakan mengagetkan Yui yang tengah berlari, dia menoleh kebelakang dan terlihat Matsuyama berdiri 20m darinya sedang menodongkan senapannya kelangit.

Tidak! Dia akan menangkapku. Ayo Yui, kau harus lari! Lari!

Matsuyama mengarahkan senapannya ke Yui, lalu menembakannya hingga sebuah peluru kini bersarang dibetis sebelah kanan Yui.

Yui jatuh terjerembab, besi panas yang bersarang di betisnya membuat sebuah sensasi sakit yang luar biasa. Ia bisa merasakan darah segar merembes ke celana deninnya. Yui tetap mencoba berdiri, ia tak mau menyerah begitu saja. Dan…

DORR!!

Sekali lagi sebuah timah panah bersarang dipaha kiri Yui, gadis berperawakan mungil itu terjatuh lagi. Air matanya mengalir membasahi pipinya, ia tak dapat menahan rasa sakit yang menderanya.

“Tak semudah itu kau bisa pergi dariku, sayang.” Seru Matsuyama dengan nada menggoda, membuat Yui merasa jijik.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau berbuat seperti ini? Dimana akal sehatmu?” Yui benar-benar tak mengerti apa motif dibalik semua yang dilakukan oleh Matsuyama.

“Kau yang membawa akal sehatku pergi Yui,” kata Matsuyama sarkastik, dia berjalan menghampiri Yui dengan perlahan-lahan, mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan Yui. “akal sehatku pergi bersamamu setelah kau memutuskanku. Yang kuinginkan hanya dirimu, dan aku melakukan semua ini untuk mendapatkanmu.”

“Kau gila!” maki Yui, dimatanya kini terdapat kilat kebencian.

“Ya, aku gila. Aku gila setiap kali melihatmu bersama dengan laki-laki lain. Tiap kali kau bergandeng tangan dengan si tolol Yuu Shirota itu, tiap kali kau tersenyum pada semua penggemarmu. Kau membuatku terbakar api cemburu dan semua itu makin hari-makin membuatku gila!” teriak Matsuyama frustasi.

Yui menatapnya dengan jijik, semua alasan itu membuatnya melakukan hal ini? Dia memang sudh benar-benar gila.
Saat Matsuyama sudah di depan Yui yang tersungkur, Yui membeku. Jantungnya berdetak sangat cepat, pikirannya sudah melayang untuk menduga-duga tindakan Matsuyama selanjutnya. Rasa sakit yang dirasakan juga benar-benar ingin membuatnya menjerit.

“Sebentar lagi kau akan menjadi milikku Yui.” Matsuyama mengeluarkan sebuah pisau perak yang terselip di ikat pinggangnya.

Yui menatapnya dengan kaget. “A-apa yang mau kau lakukan” tanya Yui panic. Terdengar jelas dari suaranya bahwa Yui diselimuti oleh ketakutan.

Matsuyama berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Yui, “Jangan takut sayang, kita akan bermain-main sebentar.”
Bersamaan dengan kata terakhir itu, Matsuyama menggoreskan mata pisaunya kekulit lengan Yui, membuat Yui menjerit.

“Aa…!!”

“Hm, suaramu memang merdu. Tapi itu saja masih kurang.” Komentar Matsuyama sambil menjilat darah yang menetes di ujung mata pisau. “Aku ingin yang lebih.” Bisik Matsuyama ditelinga Yui. Yui menutup mata, tak sanggup melihat apa yang akan dilakukan Matsuyama padanya.

Matsuyama menghujamkan pisau itu ke perut bagian kiri Yui, lalu bagian kanan dan itu diakukannya berulang-ulang, membuat Yui menjerit berkali-kali. Suara jeritan Yui memenuhi seisi hutan yang gelap itu, membuat suasana hutan menjadi lebih mencekam.

Matsuyama menghentikan aktifitas mengerikannya itu, dia menatap Yui. Gadis itu menangis meraung-raung merasakan sakit, dia sekarat. “Permainan berakhir.” Bisik Matsuyama lalu mengujamkan pisaunya untuk terakhir kalinya tepat di jantung sang gadis yang sedang berada di ujung maut.

Dengan itu, tak ada lagi jeritan kesakitan sang gadis, hanya ada kesunyian dan bunyi-bunyi binatang malam. “Aku pasti akan merindukan suaramu, Yui.” Ujar Matsuyama sambil mengelus pipi gadis itu dengan tangan yang sudah berlumuran darah.

~*epilogue*~

Matsuyama duduk di sebuah kursi goyang di teras sebuah rumah yang terletak dipinggir hutan, dia menikmati suasana hening yang menenangkan. Dia memangku benda bulat yang berada di pangkuannya, mengelus helaian rambut yang lembut seperti sutra.

“Kini ada kau dan aku, selamanya.” Ucap Matsuyama sambil mengecup puncak kepala Yui yang berada di pagkuannya. Hanya kepala, tanpa tubuh.

-owari-

Minggu, 22 Januari 2012

JKT48 Aitakatta Indonesian Lyrics

Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Denganmu...


Bersepeda aku menanjaki bukit itu
Sekuat tenaga kukayuh pedalnya
Angin pun mulai menghembus kemejaku
Ku m'rasa masih kurang cepat


Akhirnya kusadari
P'rasaan sebenarnya
Ingin jalani sejujurnya
Hanya di jalan ini ku akan terus berlari 


Jika ku suka, kan ku katakan suka
Tak kututupi, ku katakan sejujurnya
Jika ku suka, kan ku katakan suka
Dari hatiku, terbuka ku katakan



Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Denganmu...


Oeluh mengalir di wajahku tak ku seka
Aku ingin tampil apa adanya
Di bawah cah'ya pohon-pohon
Jalan pintas menuju musim panas


Ku tak pandai ungkapkan
Dalam kata-kata
Lurus ku jalani hidupku
Dengan caraku ku akan terus berlari


Kamu berharga lebih dari siapa pun
Walau kau tolak tak akan ku sesali 
Kamu berharga lebih dari siapa pun
Tadinya ku ingin ungkapkan rasa ini



Jika ku suka, kan ku katakan suka
Tak kututupi, ku katakan sejujurnya
Jika ku suka, kan ku katakan suka
Dari hatiku, dengan tulus ku katakan



Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Aitakatta! Aitakatta! Aitakatta! Yes!
Denganmu...


Aitakatta!


Sabtu, 21 Januari 2012

Keibetsu Shite Ita Aijou lyrics

Romanji

Terebi no nyuusu ga tsutaeru
Tokumei de mamorareta higeki mo
Keitai no meeru wo uchi nagara
Emoji no you na nichijou

Otona wa wakeshiri gao shite
Douki wo sagashite iru kedo
Pinto hazureta sono bunseki wa
Waraenai gyagu mitai

Hensachi shidai no kaikyuu de
Mirai ga kimerareteru
Mou ganbatte mo
Doushiyou mo nai koto
Zuibun mae ni
Kidzuiteta dake
Watashi-tachi

Keibetsu shite ita aijou
Shiranu ma ni motomete iru
Kodoku ni nante nari takunai
Dakishimete hoshikatta
Dareka ni...

Tori ni narou to shita shoujo wa
Okujou ni kutsu wo chanto soroete
Manaa wo homete hoshikatta no ka
Soretomo atetsuke na no ka

Ijime ga "atta" toka "nakatta" toka
Imasara ankeeto wo totte mo
Kiite hoshikatta kokoro no koe wa
Kaze no naka todokanai

Sekinin tenka no purosesu de
Erai hito wo nakaseru
Mada wakattenai
Oroka sugiru rensa wo...
Yubi wo sasu no wa
Nanimo shinakatta
Kono jibun

Keibetsu shite ita aijou
Urahara ni uete iru no
Fuan ni kidzukanu furi shinagara
Yasashii me sagashiteta
Itsu demo...

Keibetsu shite ita aijou
Shiranu ma ni motomete iru
Kodoku ni nante nari takunai
Dakishimete hoshikatta
Dareka ni...
Itsu demo...




English

The TV news tells
Of tragedies protected by anonymity
These days are like the emoticons
In the text messages I send

Adults search for motivations
With knowing expressions
Their analyses are so far off
It’s like a bad joke

Our futures are decided
By our grades
We
Just realised
Long ago
That there’s no point
In trying now

Before I know it, I’m longing
For the love I used to scorn
I don’t want to be lonely
I wanted to be held
By someone...

That girl who tried to become a bird
Laid her shoes neatly on the rooftop
Did she want someone to praise her manners?
Or was it a pointed gesture?

Even if you do a survey now
About whether we “have” or “haven’t” been bullied
The voice in her heart that she wanted people to hear
Is now in the wind and will never be heard

The buck-passing process
Makes important people cry
They still don’t know
About this totally stupid chain...
And the finger is pointed
At me
For not doing anything

Underneath, I’m starved
Of the love I used to scorn
In my anxiety I pretended not to realise
But I was searching for gentle eyes
All the time...

Before I know it, I’m longing
For the love I used to scorn
I don’t want to be lonely
I wanted to be held
By someone...
All the time...






















AKB48 ~ Everyday lyrics

太陽が昨日より眩しく
照りつけ始めたら
真っ白なTシャツに
今すぐ着替えて
君を誘いたい

海沿いの国道を
まだまだ空いてる
バスに乗り
潮風を追いかけて
誰よりも早く
夏を探すんだ
心の隣で
同じ景色見ながら
何年間も
僕たちは友達のままさ

カチューシャ外しながら
君が不意に振り返って
風の中で微笑んだだけで
なぜか何も言えなくなるよ
こんな思っているのに

カチューシャ外しながら
長い髪をほどくように
いつの間にか大人になって
僕の手には届かないくらい
もっと好きになるよ

砂浜は
君に似て
思い通りに歩けないよ

寄せる波
避ける波
二人の足跡消されてしまった

確かなことなど
何もほしくはないよ
二人がきっと来年も海に来られたら

カチューシャしてる君に
僕は長い恋愛中
同じクラス出会った日から
綺麗になった今日までずっと
季節何度廻っても

カチューシャしてる君に
誰も彼も敵わないよ
世界中で一番似合う髪をとめた天使の輪っか
永久に変わらないで

君が好きだ
言葉にできないよ
君が好きだ
ホントこの気持ち
君が好きだ
小麦色に焼けるように
恋はきっといつか気づくものだ

romanji

taiyou ga kinou yori mabushiku
teritsuke hajimetara
masshiro na Tshatsu ni
imasugu kigaete
kimi wo sasoitai

umizoi no kokudou wo
mada mada suiteteru
basu ni nori
shiokaze wo oikakete
dare yori mo hayaku
natsu wo sagasu nda
kokoro no tonari de
onaji keshiki minagara
nannenkan mo
bokutachi wa tomodachi no mama sa

kachuusha hazushinagara
kimi ga fui ni furikaette
kaze no naka de hohoenda dake de
nazeka nanimo ienaku naru yo
konna omotteiru no ni…

kachuusha hazushinagara
nagai kami wo hodoku you ni
itsunomanika otona ni natte
boku no te ni wa todokanai kurai
motto suki ni naru yo…

sunahama wa
kimi ni nite
omoidoori ni arukenai yo

yoseru nami
yokeru tabi
futari no ashiato kesarete shimatta

tashika na koto nado
nanimo hoshiku wa nai yo
futari ga kitto rainen mo umi ni koraretara

kachuusha shiteru kimi ni
boku wa nagai renai chuu
onaji kurasu deatta hi kara
kirei ni natta kyou made zutto
kisetsu nando meguttemo

kachuusha shiteru kimi ni
daremokaremo kanawanai yo
sekai chuu de ichiban niau kami wo tometa tenshi no wakka
towa ni kawaranaide

kimi ga suki da
kotoba ni dekinai yo
kimi ga suki da
honto kono kimochi
kimi ga suki da
komugiiro ni yakeru you ni
koi wa kitto itsuka kidzuku mono da