Senin, 23 Januari 2012

YUI Fanfiction 'You're MINE!'

Author: Winna Yoshioka



A/N: cerita ini terinspirasi dari novel yg judul'a 'Murder Game' 

Warning allert!! : cerita ini mengandung unsur kekerasan, jadi bagi yang gak kuat sama penyiksaan dan sejenisnya mending menjauh deh.. 

DI LARANG COPAS TANPA SEIZIN AUTHOR!! APA LAGI TANPA MEMBERI CREDIT!! JUGA DI LARANG MENGUBAH, MENAMBAH ATAU MENGURANGI ISI CERITA!! dan yang gak kalah penting, TIDAK MENERIMA FLAME!!

so, let's begin the story..

>>>

Tuhan, tolong aku. Bantu aku keluar dari sini, jangan biarkan orang gila itu menangkapku.

Yui terus saja berlari dibawah sinar rembulan tanpa memedulikan rasa lelah yang dirasakannya. Sesekali dia terjatuh tapi dia segera bangkit dan berlari lagi –tak mau membuang waktu. Dia berlari di dalam hutan yang lebat tanpa alas kaki –membuat telapak kakinya terluka, tapi ia tak mempermasalahkan hal itu. Yang ada dipikirannya hanyalah berlari, lari dari kejaran sang pemburu.

Yui tersandung sebuah batang kayu dan ia terjatuh, lututnya terluka dan mengeluarkan darah. Yui meringis sakit lalu mencoba bangkit, tapi kakinya terasa perih dan benar-benar lemas hingga membuatnya terjatuh kembali.

Sekali lagi Yui mencoba bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya, dan ia berhasil. Dengan tertatih-tatih ia berjalan, mencoba mencari tempat bersembunyi. Sembunyi dari kejaran orang gila yang memburunya.

Yui benar-benar tak mengerti situasi yang dialaminya sekarang ini. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia selesai rekaman dan pulang. Saat membuka pintu rumah yang terkunci, tiba-tiba ada sesuatu yang menghantam kepalanya lalu pandangannya pun memudar dan menjadi hitam. Saat terjaga kepalanya terasa amat pening dan pandangannya pun masih kabur, ia tak dapat melihat sekelilingnya sampai ia mendengar sebuah suara yang familiar.

“Kau sudah sadar sayang?”

Ya, suara itu sangat familiar ditelinga Yui, dia mulai memokuskan pandangannya dan mencari dimana asal suara tersebut. Ketika pandangannya mulai jelas untuk menyadari dimana dirinya berada, tempat ini gelap Satu-satunya cahaya yang ada adalah sebuah bohlam yang ada ditengah ruangan dan itu tak cukup untuk menerangi ruangan yang cukup luas ini.
Yui dapat melihat seseorang di bawah cahaya bohlam tersebut. Dia seorang laki-laki, dan dia mengenal laki-laki itu. Sangat mengenalnya.

“Ma-matsuyama?” suaraku Yui tercekat, tak percaya dengan siapa yang dilihatnya.

“Tentu saja, memangnya kau kira aku ini Yuu Shirota?” ledek Matsuyama.

Ya, yang dilihat Yui adalah Matsuyama Ken’ichi. Dia adalah seorang actor dan mantan kekasih Yui. Yui tak percaya, disaat seperti ini laki-laki itu masih bisa membuat lelucon.

“Apa maksud semua ini?” tanya Yui tak mengerti.

“Hanya ingin bermain.” Ucapnya enteng diiringi dengan senyuman.

“Jangan bercanda, apa maksudmu!” Yui berteriak, dia benar-benar marah.

“Oh sayang, jangan berteriak. Suaramu bisa jadi jelek lho. Lebih baik kau diam disini, duduk yang tenang sampai permainan yang sebenarnya dimulai.” Ujar Matsuyama masih dengan senyumnya, tak memedulikan sikap Yui dan ia pun berjalan menaiki tangga, keluar dari ruangan itu meninggalkan Yui sendiri.

Yui tak tau berapa lama ia disekap diruangan gelap dan pengap ini. Matsuyama beberapa kali memberinya makan tapi Yui selalu meludahkannya. Karena sikap Yui yang seperti itu, kerap kali Matsuyama menampar atau bahkan memukul Yui dengan sebatang kayu. Dalam penyekapannya, Yui memeras otaknya untuk menyusun rencana kabur dari tempat itu. 

Dan pertama-tama rencananya dilakukan saat Matsuyama memberinya makan. Yui tak agi meludahinya seperti yang telah lalu, ia memakan makanan yang disuapkan oleh Matsuyama. Dan setelah selesai makan Yui bilang bahwa ia ingin buang air kecil, Matsuyama pun membawa Yui keatas –karena tempat penyekapan Yui di ruang bawah tanah, dan melepas ikatan di kaki dan tangannya.

Yui tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia segera mengambil sebatang kayu yang erada di dekatnya dan memukul kepala Matsuyama dengan sekuat tenaga –membuat lelaki berparas tampan tersebut tersungkur jatuh dan tak sadarkan diri.

Yui tersadar dari lamunanya saat ia mendengar derap suara kaki yang semakin mendekat.

Oh tidak! Kenapa ia cepat sekali bisa mengejarku?

Yui berlari dengan membabi buta, ia benar-benar takut jika tertangkap oleh Matsuyama. Tak bisa membayangkan apalagi yang akan dilakukan Matsuyama padanya.

DORR!

Sebuah suara tembakan mengagetkan Yui yang tengah berlari, dia menoleh kebelakang dan terlihat Matsuyama berdiri 20m darinya sedang menodongkan senapannya kelangit.

Tidak! Dia akan menangkapku. Ayo Yui, kau harus lari! Lari!

Matsuyama mengarahkan senapannya ke Yui, lalu menembakannya hingga sebuah peluru kini bersarang dibetis sebelah kanan Yui.

Yui jatuh terjerembab, besi panas yang bersarang di betisnya membuat sebuah sensasi sakit yang luar biasa. Ia bisa merasakan darah segar merembes ke celana deninnya. Yui tetap mencoba berdiri, ia tak mau menyerah begitu saja. Dan…

DORR!!

Sekali lagi sebuah timah panah bersarang dipaha kiri Yui, gadis berperawakan mungil itu terjatuh lagi. Air matanya mengalir membasahi pipinya, ia tak dapat menahan rasa sakit yang menderanya.

“Tak semudah itu kau bisa pergi dariku, sayang.” Seru Matsuyama dengan nada menggoda, membuat Yui merasa jijik.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau berbuat seperti ini? Dimana akal sehatmu?” Yui benar-benar tak mengerti apa motif dibalik semua yang dilakukan oleh Matsuyama.

“Kau yang membawa akal sehatku pergi Yui,” kata Matsuyama sarkastik, dia berjalan menghampiri Yui dengan perlahan-lahan, mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan Yui. “akal sehatku pergi bersamamu setelah kau memutuskanku. Yang kuinginkan hanya dirimu, dan aku melakukan semua ini untuk mendapatkanmu.”

“Kau gila!” maki Yui, dimatanya kini terdapat kilat kebencian.

“Ya, aku gila. Aku gila setiap kali melihatmu bersama dengan laki-laki lain. Tiap kali kau bergandeng tangan dengan si tolol Yuu Shirota itu, tiap kali kau tersenyum pada semua penggemarmu. Kau membuatku terbakar api cemburu dan semua itu makin hari-makin membuatku gila!” teriak Matsuyama frustasi.

Yui menatapnya dengan jijik, semua alasan itu membuatnya melakukan hal ini? Dia memang sudh benar-benar gila.
Saat Matsuyama sudah di depan Yui yang tersungkur, Yui membeku. Jantungnya berdetak sangat cepat, pikirannya sudah melayang untuk menduga-duga tindakan Matsuyama selanjutnya. Rasa sakit yang dirasakan juga benar-benar ingin membuatnya menjerit.

“Sebentar lagi kau akan menjadi milikku Yui.” Matsuyama mengeluarkan sebuah pisau perak yang terselip di ikat pinggangnya.

Yui menatapnya dengan kaget. “A-apa yang mau kau lakukan” tanya Yui panic. Terdengar jelas dari suaranya bahwa Yui diselimuti oleh ketakutan.

Matsuyama berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Yui, “Jangan takut sayang, kita akan bermain-main sebentar.”
Bersamaan dengan kata terakhir itu, Matsuyama menggoreskan mata pisaunya kekulit lengan Yui, membuat Yui menjerit.

“Aa…!!”

“Hm, suaramu memang merdu. Tapi itu saja masih kurang.” Komentar Matsuyama sambil menjilat darah yang menetes di ujung mata pisau. “Aku ingin yang lebih.” Bisik Matsuyama ditelinga Yui. Yui menutup mata, tak sanggup melihat apa yang akan dilakukan Matsuyama padanya.

Matsuyama menghujamkan pisau itu ke perut bagian kiri Yui, lalu bagian kanan dan itu diakukannya berulang-ulang, membuat Yui menjerit berkali-kali. Suara jeritan Yui memenuhi seisi hutan yang gelap itu, membuat suasana hutan menjadi lebih mencekam.

Matsuyama menghentikan aktifitas mengerikannya itu, dia menatap Yui. Gadis itu menangis meraung-raung merasakan sakit, dia sekarat. “Permainan berakhir.” Bisik Matsuyama lalu mengujamkan pisaunya untuk terakhir kalinya tepat di jantung sang gadis yang sedang berada di ujung maut.

Dengan itu, tak ada lagi jeritan kesakitan sang gadis, hanya ada kesunyian dan bunyi-bunyi binatang malam. “Aku pasti akan merindukan suaramu, Yui.” Ujar Matsuyama sambil mengelus pipi gadis itu dengan tangan yang sudah berlumuran darah.

~*epilogue*~

Matsuyama duduk di sebuah kursi goyang di teras sebuah rumah yang terletak dipinggir hutan, dia menikmati suasana hening yang menenangkan. Dia memangku benda bulat yang berada di pangkuannya, mengelus helaian rambut yang lembut seperti sutra.

“Kini ada kau dan aku, selamanya.” Ucap Matsuyama sambil mengecup puncak kepala Yui yang berada di pagkuannya. Hanya kepala, tanpa tubuh.

-owari-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar