Bleach © Kubo Tite
.
Under The Rainy Day © winna_yoshioka
.
Warning: Gaje, OOC *mungkin*, Typo
.
.
Seorang
gadis sedang duduk di sebuah dahan pohon, matanya terpejam sambil
merasakan hembusan angin yang membelai lembut kulitnya. Ia merasa amat
nyaman berada disitu, melepaskan semua penat yang ia rasakan.
"Rukia!"
Suara itu sontak membuatnya membuka kedua kelopak matanya yang sedari tadi terpejam.
"Oi Rukia, cepat turun!" suara itu memerintahnya.
Rukia
tak mengindahkan perintah itu, dia tahu suara siapa itu. Rukia
benar-benar tidak ingin melihat wajah pemilik suara itu, itulah
sebabnya sedari tadi ia menghabiskan waktu di atas pohon sendirian.
"Kalau kau tidak turun maka aku yang akan naik!" oceh suara itu lagi.
Rukia mendesah lalu bergegas melompat dari dahan yang berjarak sekitar dua meter dari pemukaan tanah.
'Hup'
Rukia
mendaratkan kakinya dengan mulus di atas tanah, dia memang tak pernah
kesulitan untuk memanjat ataupun turun dari pohon walaupun dengan
ukuran tubuhnya yang mungil.
Rukia berjalan tanpa mengacuhkan seseorang yang kini berada dihadapannya.
"Rukia!" panggil suara itu lagi. Rukia benar-benar tak menghiraukannya dan terus saja berjalan.
"Rukia, kau itu kenapa sih?" tanyanya.
"Sebentar
lagi kelas akan dimulai, lebih baik kau juga kembali kedalam kelas,
Ichigo." ucap Rukia tanpa menoleh kepada laki-laki itu –Ichigo.
.
.
Suara
bising di kelas seketika berhenti ketika Ochi-sensei memasuki kelas.
Setelah muri-murid memberi salam dan kembali duduk, Ochi-sensei pun
mulai berbicara.
"Kumpulkan semua tugas kalian yang aku berikan minggu kemarin!" seru Ochi-sensei.
Rukia terdiam, dia terlihat bingung. Seingatnya Ochi-sensei tidak memberikan tugas apa-apa.
"Hei Tatsuki, memangnya ada tugas ya?" tanya Rukia polos.
"Jangan bilang kau lupa mengerjakannya. Minggu kemarin dia tidak masuk dan memberikan tugas pada kita semua." jawab Tatsuki.
Rukia
mencoba mengingat tugas itu, tapi ia benar-benar merasa tak ada tugas.
Kemudian ia baru teringat, minggu kemarin ia tak masuk sekolah karena
demam.
'Jeruk sialan, dia tak memberi tahuku kalau ada tugas.' rutuk Rukia dalam hati.
Alhasil, ketika semua orang mengumpulkan tugasnya kedepan, Rukia hanya duduk dibangkunya dengan cemas.
"Sepertinya
masih ada yang belum mengumpulkan tugas ini." Seru Ochi-sensei setelah
menghitung jumlah tugas yang sudah terkumpul di depan. "Yang tidak
mengerjakan harap maju kedepan kelas."
Tubuh Rukia telah dibanjiri oleh keringat dingin. Dia pasti akan mendapatkan hukuman dari Ochi-sensei.
'Ini
semua salah si jeruk itu!' jerit Rukia dalam hati. Dia memberikan
deathglare terbaiknya kearah Ichigo.
Yang diberikan deathglare juga
sepertinya sudah menyadari kesalahannya dan menatap Rukia seakan-akan
mengucapkan 'Maaf, aku benar-benar lupa memberitahumu.'
Dengan
berat hati Rukia berjalan menuju kedepan kelas, semua mata tertuju pada
sosoknya yang kini tengah berdiri di depan Ochi-sensei.
"Jadi nona Kuchiki belum menyerahkan tugasnya?" tanya Ochi-sensei lebih kepada dirinya sendiri.
"Maaf
Sensei, minggu kemarin aku tidak masuk dan tidak ada yang memberitahuku
tentang tugas yang kau berikan." ucap Rukia seraya meminta maaf.
"Itu
bukan alasan Kuchiki. Sekarang kau berdiri di sudut kelas dan setelah
pulang sekolah kau harus membersihkan koridor lantai dua sampai
bersih." Perintah Ochi-sensei.
"Tapi aku-"
"Aku tak mau
mendengar bantahan darimu. Cepat lakukan yang tadi kuperintahkan atau
hukumanmu akan aku tambah!" seru Ochi-sensei memotong ucapan Rukia.
"Baiklah."
ucap Rukia lemas sambil berjalan kesudut kelas. Semua murid sedang
menahan tawa melihat Rukia, kecuali satu orang yaitu Ichigo. Dia
memandang Rukia dengan tatapan bersalah, tapi Rukia membalasnya dengan
sebal.
.
.
Rukia sedang mengepel lantai koridor ketika seseorang memegang pundaknya. Rukia menoleh dan mendapati sosok Ichigo.
"Ada apa?" tanya Rukia ketus.
"Aku mau membantumu." jawab Ichigo.
"Tidak usah, aku bisa sendiri." tolak Rukia dingin.
Setelah
mendengar jawaban dari Rukia, Ichigo pun menyerah. Ia tahu kalau saat
ini ia tetap mencoba membantu Rukia, gadis itu pasti akan semakin
kesal. Kalau Rukia sedang kesal, lebih baik menunggunya agar kesalnya
mereda karena akan percuma bicara dengan Rukia yang keras kepala
seperti itu.
Rukia terus mengepel lantai dengan perasaan kesal. Semua masalah yang ia hadapi berasal dari Ichigo.
"Ichigo baka! Mikan no baka!" teriak Rukia kesal.
Tanpa
terasa awan mulai mendung dan hujan pun mulai turun. Rukia mempercepat
acara mengepelnya agar tidak terjebak disekolah saat hujan lebat. Tapi
nasib berkehendak lain, saat Rukia menyelesaikan hukumannya, hujan
sangatlah lebat. Rukia yang tak membawa payung kini kebingungan untuk
pulang.
"Mau tumpangan?" tawar Ichigo yang kini sudah berada disamping Rukia dengan membawa sebuah payung.
"Tidak." tolak Rukia dingin.
"Kau
kenapa sih Rukia? Akhir-akhir ini sikapmu dingin sekali padaku." tanya
Ichigo yang sudah tak bisa menahan rasa kesalnya karena sikap Rukia.
"Tidak ada apa-apa." jawab Rukia singkat.
"Kau
tak bisa berbohong padaku Rukia. Aku tahu kau sedang kesal padaku, tapi
apa alasannya?" Ichigo menuntut penjelasan dari Rukia.
"Sudahlah Ichigo, berhenti mengurusiku. Urusi saja pacarmu itu." ucap Rukia datar.
"Pacar?" tanya Ichigo bingung.
"Ya, Senna. Pacarmu yang centil itu." ucap Rukia.
"Oh, jadi krena itu kau bersikap aneh padaku? Karena kau pikir aku pacaran dengan Senna?" terka Ichigo.
Wajah Rukia memerah karena kesal, ia tak menghiraukan Ichigo dan langsung berlari menerobos hujan yang lebat.
"Rukia!" panggil Ichigo.
Rukia terus berlari, Ichigo pun mengejarnya dan meraih tangan Rukia.
"Apaan sih? Lepaskan tanganku!" seru Rukia seraya melepaskan diri dari cengkraman Ichigo.
"Jelaskan
dulu kenapa kau kesal padaku? Apa kau cemburu pada Senna?" balas
Ichigo, dia malah memperat cengkramannya dii pergelangan tangan Rukia.
"Kalau iya memangnya kenapa!" teriak Rukia, dia benar-benar merasa kesal pada Ichigo yang terus memaksanya.
Ichigo hanya diam, dia mencerna perkataan Rukia barusan, lalu Ichigo pun tertawa terbahak-bahak. "Haha."
"Kenapa malah tertawa jeruk bodoh!" geram Rukia kesal.
"Memangnya siapa yang pacaran dengan Senna, dia cuma teman." ucap Ichigo sambil menahan tawa.
"Pembohong!"
"Hey, aku bersumpah dia bukan pacarku. Lagipula tipe gadisku bukan seperti dia."
"Lalu seperti apa?" tanya Rukia.
"Kau." jawab Ichigo singkat tapi bisa membuat Rukia terdiam seketika.
Wajah
Rukia pun memerah, tapi bukan karena amarah melainkan malu. "K-kau
memang pembohong yang handal Ichigo." Rukia masih belum sepenuhnya
percaya dengan ucapan Ichigo barusan.
"Kau masih tak percaya
padaku? Kau kira aku bisa berbohong disaat seperti ini?" tanya Ichigo
meyankinkan Rukia bahwa ia tidak berbohong.
Rukia hanya terdiam, dia melihat kedalam mata musim gugur Ichigo dan didalam mata itu ia melihat kejujuran.
"Jadi apa kau percaya?" tanya Ichigo.
"Ya." jawab Rukia setengah berbisik tapi masih bisa terdengar oleh Ichigo.
"Lalu?" tanya Ichigo lagi.
"Lalu
apa?" kini Rukia balik bertanya pada Ichigo, sebelah alisnya naik
karena tak mengerti ucapan Ichigo yang setengah-setengah.
"Mau jadi pacarku?"
Rukia hanya diam lalu mengangguk dan tertunduk malu. Ichigo menyunggingkan senyuman bahagianya.
Ichigo
meraih pergelangan tangan kanan Rukia dan mengenggamnya. "Ayo kita
pulang." serunya pada gadis disebelahnya yang kini telah resmi menjadi
kekasihnya.
Hujan lebat yang sedari tadi mengguyur mereka seakan
tak bisa mengalahkan pancaran kehangatan cinta mereka berdua dan
hujanlah yang menjadi saksi dari menyatunya cinta kedua insan tersebut.
-Fin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar